Thursday 15 September 2011

Kanak-kanak 2 Tahun Dinikahkan Dengan Bayi 9 Bulan

Sebuah pernikahan unik berlangsung di Pasar I, Sikabung-kabung, Kec. Sunggal, Deliserdang, kelmarin (20/3). Unik keranaa mempelai lelaki berusia 2 tahun dan mempelai perempuannya baru berusia 9 bulan. Mereka adalah Sangap Siregar dan Julian br Sinulingga. Berlangsung di rumah orangtua Julian, pernikahan kedua anak kecil itu berlangsung sederhana. Di bawah rindangnya juntaian pelepah sawit yang mengelilingi tempat tinggal pengantin perempuan, tetamu datang mengenakan kain sarung duduk bersila di bawah tenda biru (khemah) menyaksikan jalannya pernikahan itu.

Menikah disaat belum mengerti apa-apa sama sekali (gambar hiasan)

Seperti pernikahan lain, saksi juga dipersiapkan lebih dulu sebelum dimulaikan acara pernikahan yang agak aneh ini. Dua saksi yang dihadapkan ketika itu adalah Ponten Sinulingga (62) dan Zailani Sinulingga (58). Keduanya adalah datuk pengantin. Sedangkan yang menjadi tuan kadinya atau yang menikahkan adalah anak sauadara dari keluarga ayah pengantin wanita.

Namun, sebelumnya, mahar atau wang pinangan harus diberikan dulu. “wang antarannya sebanyak Rp.300 ribu, wang saksi Rp.20 ribu, satu orang Rp.10 ribu. Sedangkan maharnya atau mas kahwinya sebesar Rp.58 ribu, ,” ujar Ponten . Tak menunggu lama, acarapun selesai dilaksanakan. Sebagai rasa syukur, para undangan dijamu. Menurut Ponten, keluarganya telah dua kali melangsungkan perkahwinan seperti ini. “Sekitar 8 bulan lalu, kita juga buat acara seperti ini,” katanya disetujui Zailani.

Lanjut Ponten lagi, apa yang dilakukan keluarganya ketika ini merupakan warisan . “Ini salah satu adat di suku Karo dan tak boleh dilakukan sembarangan. Ertinya jika ada hal-hal yang memang mengharuskan dilakukannya perkahwinan tadi, “ ucapnya. Pernikahan ini berlaku kerana  sipengantin lelaki selalu sakit. “Dari mulai umur satu bulan, dia sakit-, bahkan setiap minggu 3 kali keluar masuk hospital. Entah berapa puluh juta wang sudah dihabiskan untuk mengubatinya, tapi tetap saja kesihatannya tak sembuh. Hal ini terus berlangsung hingga Sangap berusia dua tahun lebih,“ jelas Ponten, menyebut ibu Sangap, Ratnadewi Br Sinulingga adalah anak perempuannya.

“Sangap ini anakku, mereka tinggal di Jl. Selar, Kel. Belawan Bahagia, Belawan,”  Ponten memperjelas. Nah, kerana keadaan kesihatan Sangap kian memburuk, oleh keluarga, Sangap dibawa berubat dengan cara tradisional. “Kerana tak tahu lagi mahu berubat kemana, ahirnya Sangap dibawa berubat ketempat datuknya, Zailani ini,” ujar Ponten.

Sejak diubati Zailani, kesihatan Sangap mulai membaik. Semangat hidup Sangap akan tumbuh bila dinikahkan dengan saudara ibunya. Bahkan, namanya Sangap harus diganti. Dulu, Sangap bernama M. Ridho Alfarizi. “Harus diganti kerana nama tersebut tidak sesuai,” jelas Andareas Sinulingga (33), ayah Julian, saudara kandung ibu Sangap.

Kerana kesihatannya terus pulih, rancangan menikahkan Sangap dengan Julian pun ditentukan. “Ini boleh dikatakan nikah gantung, sebab masing-masing anak ini nantinya boleh membuat pilihan sendiri. Ertinya tidak harus menikah dengan pasangannya sekarang, tapi dengan catatan bila salah satunya menikah harus membayar denda mahar kepada pasangan satu lagi. Andai yang menikah lebih dulu bila dewasa nanti yang perempuan, maka dia harus membayar denda dua kali lganda mahar kepada si laki-laki, begitu juga sebaliknya. Memang belum ada kejadian pasangan kanak-kanak ini jadi sampai mereka dewasa,“ cerita Ponten panjang lebar.

Sedangkan Sori Bangun Siregar (46), ayah Sanggap, mengaku senang akan pernikahan anaknya ini. “Yang jelas sejak diubati sama datuknya itu, anakku sihat, sekarang dah tak pernah lagi ke hospital kalau tidak seminggu tiga kali wajib,” akunya. “Kalau hal begini sudah biasa sama kami orang karo, jadi bukan suatu keganjilan,“ kata Dewi, isteri Bangun Siregar.

Sementara Andareas mengaku senang melihat Sangap sihat seperti sekarang ini. “Yang memberikan nama Sangap itu aku, sebelumnya namanya M .Rido Alfarizi, waktu berusia beberapa bulan. Aku sudah memberitahu sama kakak (emaknya Sangap) kalau nama anaknya itu terlalu berat dan si anak tidak sanggup membawa nama tadi, tapi kakakku Dewi degil,” ungkap Andareas tersenyum.

Zailani yang ditemui mengaku kalau hal-hal seperti memang di luar logik. “Kalau kita cerita logik, ya tak logik rasanya tukar nama, boleh sihat. Tapi ya begitulah, semua ini merupakan adat suku Karo, jadi dengan perkahwinan kedua kanak-kanak ini, diharapkan keduanya sihat-sihat selalu, murah rezeki dan terlindung dari segala marabahaya. Kalau dijelaskan kenapa boleh seperti ini, ini sulit dijelaskan, sebab berhubungan dengan alam yang tak nampak  ertinya yang kita tanya mahunya semangat hidupnya si anak itu, dan waktu itu anak ini meminta dinikahkan dengan saudaranya, jadi kita buat seperti ini. Tidak sembarangan dan semua anak boleh dinikahkan, kalau misalnya tidak kita kabulkan, si anak mengancam akan meningalkan kita  (meninggal dunia),“ ungkap datuk itu memberitahu rahsia di balik resepsi unik itu. ruanghati.com 


No comments:

Post a Comment